Cirebon, 22 Mei 2025 —PAI UIN Siber Cirebon Gelar Studium General Internasional Bertema Kampus Hijau Digital Islami sebagai Respons terhadap Krisis Iklim Global Menyikapi krisis iklim global, Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan Studium General Internasional bertema “Digital Green Campus: Leveraging Digital Platforms for Islamic Education and Environmental Action.” Acara yang diselenggarakan secara hybrid ini tidak sekedar wacana lingkungan, tetapi menjadi ruang strategis untuk membangun visi Kampus Hijau Digital Islami, yakni kampus masa depan yang memadukan teknologi, nilai keislaman, dan kepedulian ekologis dalam satu napas.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber terkemuka yang memaparkan pilar-pilar utama dan implementasi konkret dari konsep kampus ramah lingkungan berbasis nilai Islam,. Narasumber pertama, Alberto Emmanuel Conti Morales, S.Pd., M.Pd., Ph.D., sebagai narasumber kedua Muhammad Jamal Alwi (Supervisor RUS animation studio), dan sebagai narasumber ketiga Ahmad Khomaini Syafeie, M.Pd.I

Kampus Islam Masa Depan Dibangun dengan AI, Etika, dan Energi Surya.
Inisiatif kampus berkelanjutan menjadi sorotan utama yang disampaikan narasumber pertama dalam Studium General Internasional yang digelar di Auditorium FITK UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, dengan menghadirkan gagasan futuristik yang memadukan nilai-nilai Islam, teknologi, dan kepedulian lingkungan. Dalam kegiatan ini, peserta diajak mengeksplorasi enam pilar utama sebagai fondasi peradaban kampus yang berkelanjutan. Pilar pertama, Ilmu Berwawasan Lingkungan, mengajak sivitas akademika untuk beralih dari penggunaan kertas ke kajian Al-Qur’an digital serta mengembangkan fikih lingkungan berbasis digital. Pilar kedua, Dakwah Hijau, menginspirasi penggunaan media sosial sebagai sarana menyuarakan keadilan ekologis dari sudut pandang Islam.

Selanjutnya, konsep Ruang Ibadah Berkelanjutan turut diperkenalkan, seperti pembangunan masjid bertenaga surya, sistem wudu pintar, hingga pelaksanaan acara tanpa limbah. Tak kalah penting, nilai Rahmah li’l-‘Ālamīn ditegaskan melalui pengembangan kecerdasan buatan dan kurikulum digital yang berlandaskan kasih sayang dan etika Islam. Pilar kelima, Inovasi yang Berakar pada Keseimbangan, mendorong mahasiswa dan dosen menciptakan proyek teknologi yang menjunjung keadilan dan kepedulian ekologis. Terakhir, Pedagogi Digital Bumi menekankan pentingnya pembelajaran etika lingkungan hidup melalui aplikasi digital, khutbah daring, dan media remaja, termasuk menghidupkan kembali konsep Fiqh al-Bi’ah sebagai jembatan antara yurisprudensi Islam dan aktivisme lingkungan.
“Dalam konteks Kampus Hijau Digital Islami, teori menjadi krusial untuk mengintegrasikan nilai-nilai berbasis keyakinan, aksi lingkungan, pembelajaran digital, dan keadilan sosial secara sistematis,” ujar Dr. Morales.
Dari Layar Hijau ke Hati Hijau: Implementasi Digital yang Bermakna
Narasumber juga mengajak peserta Studium General merenungkan urgensi membangun koneksi yang bermakna antara teknologi dan kesadaran lingkungan. Bukan sekadar menanam pohon atau melakukan daur ulang, pembelajaran masa depan di kampus Islam diarahkan untuk menginternalisasi tanggung jawab iklim sebagai bagian dari iman. menjadikan teknologi bukan alat konsumsi pasif, melainkan sarana spiritual, yang menjadi bagian dari amal saleh bernilai ibadah.
Beragam platform kreatif diusulkan untuk mendukung transformasi ini, antara lain Aplikasi Eco-Madrasah yang mengajarkan makna wudlu sebagai bentuk konservasi air, khotbah virtual yang mengangkat isu keadilan lingkungan, serta kampanye hijau yang dilaksanakan melalui WhatsApp dan TikTok dengan niat dakwah yang eksplisit. Masjid ramah lingkungan menjadi pusat spiritual yang menampung air hujan, menyucikan niat, dan menyebarkan rahmat ke seantero kampus. Paradigma ini menegaskan bahwa pendidikan Islam masa depan harus melampaui layar dan menyentuh hati, demi membentuk generasi khalifah yang sadar bumi dan sadar ilahi.

Narasumber kedua yang merupakan praktisi digital kreatif menyampaikan materi bertemakan “Creating Digital Content with Building Educational Community on Animation“. Melalui materi ini, M. Jamal Alwy ingin membekali mahasiswa dengan wawasan seputar dunia konten edukatif berbasis animasi serta pentingnya membangun komunitas pembelajaran yang aktif di ruang digital.
Dalam paparannya, narasumber membagikan tips utama bagi pemula agar percaya diri menjadi content creator, mulai dari menemukan identitas konten yang autentik, memanfaatkan alat produksi sederhana namun konsisten, hingga pentingnya membangun koneksi positif dengan audiens. “Tidak perlu menunggu sempurna untuk memulai. Yang dibutuhkan adalah kemauan untuk belajar dan keberanian untuk tampil,” ujar narasumber yang disambut antusias para peserta, baik yang di dalam ruang auditorium maupun dalam ruang virtual zoommeeting.

Pemuda Muslim sebagai Agen Perubahan: Membangun Ekosistem Digital Islam yang Berkelanjutan
Pada sesi terakhir, narasumber ketiga Ahmad Khomaini Syafeie, menekankan pada peran krusial Pemuda Muslim sebagai agen perubahan yang sadar lingkungan. Paradigma baru ini berupaya menghindari “distopia” pendidikan ekstraktif yang menyebabkan kelelahan dan duka iklim, menuju “utopia” kasih sayang digital, ekologi profetik, dan pembelajar sebagai khalifah. Ia mengakui ironi dalam mempromosikan kiat ramah lingkungan melalui ponsel pintar yang ditambang, menekankan bahwa platform digital tidak netral.

“Ini bukan cuma pura-pura peduli lingkungan atau sekadar menempelkan ayat-ayat Al-Qur’an pada kegiatan ramah lingkungan. Lebih dari itu, ini adalah pendidikan (tarbiyyah) yang bertujuan membangkitkan kesadaran kita tentang pentingnya menjaga alam. Ini juga merupakan cara mendidik (ta’dib) diri kita untuk menempatkan teknologi di bawah nilai-nilai luhur dan spiritual. Serta, ini adalah kebijaksanaan (hikmah) dalam menggunakan sumber daya dengan memperhitungkan dampak karbon yang dihasilkan. Sebab, Bumi ini bukan sekadar barang yang bisa kita pakai sesuka hati, melainkan sebuah titipan atau amanah yang harus kita jaga dengan baik,” tegasnya.
“Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal menuju perwujudan kampus Islami yang tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga tanggap terhadap krisis ekologi global dengan semangat rahmatan lil ‘alamin.” Ungkap Ketua Jurusan PAI saat menutup kegiatan.

Ini bukan sekadar kegiatan hijau, tapi pendidikan yang membangkitkan kesadaran spiritual atas amanah menjaga bumi. Acara ini juga menjadi bagian dari upaya prodi PAI dalam menjembatani literasi keislaman dengan teknologi digital yang semakin berkembang.” tegasnya.

Kegiatan ini diharapkan menjadi pemantik semangat mahasiswa untuk turut berperan aktif menciptakan konten Islami yang kreatif, membangun, dan berdampak positif di era digital.” Ujar Sekertaris Jurusan sebagai ketua panitia penyelenggara.